Kepingan Rasa Puzzle 9

Puzzle sebelumnya di sini

"Gilang, kenapa sih dari tadi kamu senyum-senyum sendiri ? " Mamah memasang wajah curiga.

"Biarin atuh Mah, senyum itu nggak dilarang undang-undang juga."

"Emang sih nggak dilarang tapi mamah takut kamu kerasukan roh halus."

"Eh kok roh halus ? " Aku kebingungan dengan perkataan mamah.

"Gini loh Lang, kemarin mamah nonton film horor. Ada seorang anak yang ketawa-ketawa sendiri, udah itu dia berubah jadi harimau. Katanya dia kerasukan roh harimau." Mamah tiba-tiba memasang wajah penuh kengerian.

"Aku nggak mau berubah jadi harimau Mah, terlalu mainstream. Mau jadi power rangers aja," Diiringi tawa kecil.

"Kamu jangan main-main Lang, mamah serius. Jangan ketawa-ketawa sendirian nanti dirasukin roh halus," nampaknya mamah mulai terkontaminasi film-film horor Indonesia.

"Iya deh Mah, aku nggak ketawa sendirian. Nanti cari temen agar ketawa bareng-bareng," Akupun kabur ke kamar, meninggalkan mamah yang cemberut.

Sejak pulang sekolah, pikiranku melayang pada anak baru itu. Senyumnya manis sekali seperti gulali. Dengan menatapnya saja setiap hari, mungkin aku bisa terserang penyakit diabetes. Siapa sih orangtuamu ? ahli sekali menciptakan anak yang manisnya keterlaluan.

Mamah memang benar, tertawa sendiri memberikan peluang untuk dirasuki makhluk halus. Aku contoh nyatanya, diri ini dirasuki kamu yang secara fisik tak ada dihadapanku, tapi bayanganmu begitu mahir menari-nari di kepala.

Ada sesuatu yang terlupa. Aku sudah memiliki peluang untuk dekat dengannya. Setidaknya tadi sempat menuliskan nomor Hape siswi manis itu. Tinggal pura-pura menghubungi membahas sesuatu hal. Dengan tangan gemetar kucoba menghubungi nomornya.

Aku lembutkan suara agar dia tak ketakutan ketika mengangkat telepon.

"Tuuuut, tuuuut, tuuut," Itu bukan bunyi kereta api tapi sambungan telepon yang belum diangkat.

"Hai, aku Gilang,"

"Halo, Mas Gilang. Mau pesan apa ? " Aku kaget ternyata gadis baru itu nyambi jadi custumer service.

"Ini Cili ? " Aku masih ragu.

"Oh, jadi pesanan Mas Gilang pakai ekstra cili. tapi pesan daging paha atau dada ? "

"Pesan paha aja dua," eh kok dia jadi pedagang ayam gini.

Aku cek kembali nomor yang dihubungi, ah ternyata salah pencet. Kali ini aku pastikan nomornya benar.

"Ini bukan pedagang ayam goreng ?" Aku tak mau keliru lagi.

"Pedagang ayam goreng ?" Suara seorang gadis yang sedang kaget karena difitnah sebagai pedagang ayam goreng.

"Lalu ini siapa ?"

"Aku Ciani limaran, ada perlu apa ?" Suaranya masih menunjukan rasa heran

"Aku Gilang, ketua kelas XI IPA 3," Yes, kali ini benar yang aku telepon gadis itu.

"Eh Gilang, kok tadi nanyain ayam goreng ?" Dia masih nampak kebingungan denganku yang tiba-tiba menghubunginya.

"Oh itu jangan dibahas. Aku langsung saja keintinya. Sebagai ketua kelas aku punya misi rahasia untukmu sebagai murid baru," Aku berkata dengan intonasi serius

"Misi apa ? kok sekolah ini aga aneh yah pakai misi rahasia segala."

"Karena kamu sudah mengangkat telepon, tak ada kesempatan menolak misi rahasia ini. Intinya besok kita harus ketemu pukul 6 pagi sebelum bel masuk sekolah. Aku tunggu di gerbang.

"Aku belum bilang iya,"

Aku matikan teleponnya supaya lebih dramatis ala film agen-agen rahasia. Tak sabar untuk menunggu esok hari. Baru kali ini merasakan semangat sekolah. Mungkin karena cinta monyet ini, eh tapi aku bukan monyet.

3 comments